Selasa, 16 Oktober 2012

hubungan durasi expose monitor dengan kejadian miopi


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Miopi merupakan suatu gangguan tajam penglihatan, di mana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina. Miopi merupakan salah satu gangguan refraksi yang memiliki prevalensi tinggi di dunia. Kelainan refraksi jenis ini merupakan jenis kelainan mata yang menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat benda dari jarak jauh dengan baik. (Ilyas Sidharta, 2007).
Miopi dianggap wajar oleh sebagian besar orang. Banyak di antara kita yang terserang jenis gangguan kesehatan mata tersebut karena mudah mengidentifikasi seperti memakai kacamata atau sulit mengenali orang dan membaca huruf kecil dari jarak jauh. Pelajar merupakan salah satu subyek yang mempunyai prevalensi yang tinggi menderita miopi, hal ini mungkin dikarenakan meningkatnya aktivitas penggunaan monitor  pada lebih tinggi dibandingkan dengan profesi lain. Penggunaan monitor secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan penglihatan termasuk miopi. Karena adanya peningkatan daya akomodasi mata, mata miopi sulit untuk disembuhkan serta cenderung bertambah parah, sehingga diperlukan pencegahan atau penghindaran terhadap miopi mata (Ilyas Sidharta, 2007).
1
 
Miopi mempunyai prevalensi tertinggi (58%) dibandingkan dengan kelainan refraksi hiperopy dan astigmatisme. Hampir 30% penderita miopi adalah anak usia sekolah, (Hartanto, Willy.2003). Di negara maju, persentase penduduk yang menderita miopia biasanya lebih tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 25% dari penduduk dewasa menderita miopia. Sementara itu, di Jepang, Singapura, dan Taiwan, persentasenya jauh lebih besar, yakni mencapai sekitar 44%. Dalam sebuah penelitian  terhadap 456 anak dengan kelainan refraksi usia 6-15 tahun di Indonesia, di dapatkan hasil bahwa sebanyak 32,3%, anak dengan aktivitas melihat dekat yang lebih banyak cenderung miopi. (Hasibuan Fatika Sari,2009)
Sebuah survey yang dilakukan terhadap 2268 anak berusia 7-13 tahun yang diperiksa dari 23 Sekolah Dasar di Yogyakarta, sebanyak 12 sekolah dasar berasal dari daerah perkotaan dan 11 dari pedesaan yang tersebar di 5 Kabupaten di DIY. Kejadian miopi pada anak usia sekolah dasar di DIY adalah 8,29% dengan prevalensi di kota dan di desa masing-masing 9,49% dan 6,87%. Hal itu terkait dengan aktivitas keseharian yang berbeda. Mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Lamongan dalam proses belajar mengajar menggunakan seperangkat alat CPU dan LCD Proyektor. Sebagian besar mahasiswa juga mempunyai laptop ataupun komputer. Sehingga resiko terjadinya miopi sangat tinggi, berbeda bila mahasiswa yang belajar menggunakan papan tulis sehingga resiko miopi pun kecil. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa subyek yang mengalami miopi memiliki waktu belajar lebih tinggi dibandingkan dengan subyek yang tak memiliki miopi (Supartoto Agus, 2010).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Oktober 2011 di STIKES Muhammadiyah Lamongan dari 46 mahasiswa semester VII Kelas B terdapat 6 ( 13 % ) mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Lamongan yang memakai kacamata. Dari data tersebut masalah penelitian adalah tingginya angka kejadian miopi pada mahasiswa semerter VII B di STIKES Muhammadiyah Lamongan.
Kejadian miopi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu diantaranya faktor pencahayaan, perilaku, genetic, pekerjaan dan usia. (Kadir Abdul,1996). Kondisi pencahayaan yang kurang atau berlebihan akan menimbulkan peningkatan daya akomodasi mata, di mana pada hal ini mata akan melakukan proses pencembungan bola mata, jika hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus,  maka dapat mengubah struktur mata, artinya bayangan yang terbiaskan mata tidak jatuh pada titik normal (bintik kuning). Hal ini juga berlaku pada perilaku individu dalam pemeliharaan dan penggunaan indra matanya, misalnya membaca dalam jarak dekat, menggunakan computer atau televisi dalam waktu yang lama atau durasi expose monitor lebih dari 4 jam dalam sehari maka akan dapat meningkatkan daya akomodasi mata. Serta jarak yang tidak sesuai, semua ini akan mempengaruhi terjadinya miopi.
Disamping faktor pencahayaan yang bisa mempengaruhi kejadian miopi, faktor genetik juga berpengaruh dalam kejadian miopi karena Suatu gen dominan abnormal akan menghasilkan kelainan yang khas walaupun gen pasangannya (alelanya) normal. Pria dan wanita akan mempunyai kemungkinan terkena penyakit yang sama besarnya , dan karena keadaannya heterozigot, maka secara teoritis akan mempunyai kemungkinan 50% untuk mewariskan gen tadi (gen abnormal) pada setiap anaknya (Irawan Ikrob Didik. 2010).
Pada  jenis pekerjaan yang tidak lepas dari pencahayaan dan ketelitian akan mudah menderita kerusakan pada matanya, akibat sinar ultra violet dan peningkatan akomodasi mata. (Fanani Bachtiar. 2010).
Miopi dapat menyebabkan gangguan penglihatan pada penderitanya. Pada anak-anak dan pelajar dapat menimbulkan resiko cedera dan gangguan proses belajar mengajar. Selain itu, adanya miopi ini menghambat rutinitas kerja. (Supartoto Agus, 2006)
Salah satu upaya untuk mencegah kejadian miopi dengan melakukan pola hidup sehat diantaranya dapat dilakukan dengan memperhatikan jarak pandang atau jarak baca pada media cetak dan elektronik (Televisi, Komputer, laptop dan handphone) dan gunakan penerangan yang cukup, hal ini dimaksudkan untuk mencegah peningkatan daya akomodasi mata. Durasi expose monitor dalam batas normal yaitu 1-3 jam dalam sehari. Tidak boleh durasi expose monitor lebih dari 4 jam. Selain itu perhatikan posisi tubuh dan mata saat melakukan aktifitas membaca. Olahraga dan konsumsi makanan tinggi vitamin A atau beta karoten juga baik untuk mencegah terjadinya miopi. Pada mata yang telah mengalami Miopi dapat digunakan alat bantu penglihatan berupa kacamata dan lensa kontak. (Donny Istiantoro dalam Fanani Bachtiar, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian terjadinya miopi tetapi peneliti tertarik meneliti faktor Durasi Expose Monitor Dengan Kejadian Miopi pada Pada Mahasiswa Semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan.
1.2  Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dapat disusun suatu rumusan masalah, yaitu: Adakah hubungan durasi expose monitor dengan kejadian miopi pada mahasiswa semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan Tahun 2012.
1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Durasi Expose Monitor Dengan Kejadian Miopi Pada Mahasiswa Semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan Tahun 2012.
1.3.2        Tujuan Khusus
  1. Mengidentifikasi durasi expose monitor pada mahasiswa semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan
  2. Mengidentifikasi kejadian miopi pada mahasiswa semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan
  3. Mengetahui hubungan durasi expose monitor dengan kejadian miopi pada mahasiswa semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan Tahun 2012


1.4  Manfaat
1.4.1        Bagi Akademik
Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan khususnya tentang kesehatan mata dan pentingnya pecegahan terhadap kejadian miopi.
1.4.2        Bagi Praktis
1.      Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan tentang kesehatan mata dan mengenali faktor penyebab kejadian miopi.
2.      Profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi khususnya dalam bidang penyakit mata pada durasi penggunan monitor dengan kejidian terjadinya miopi
3.      Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan penulis bisa lebih mengetahui tentang Miopi dan bisa memberikan ilmu tersebut kepada masyarakat dan penulis juga bisa menyelesaikan tugas Skripsinya dengan baik.
4.      Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini sebagai bahan reverensi dan masukan bagi peneliti selanjutnya dengan menggunakan variabel yang belum diteliti.

 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Konsep Dasar Monitor
2.1.1   Pengertian
Istilah Monitor adalah output device / alat keluaran yang berfugsi untuk menampilkan gambar pada layar. Gambar yang ditampilkan berasal dari proses grafis yang dilakukan oleh VGA Card. Berdarsarkan teknologi yang digunakan monitor memiliki 2 jenis yaitu CRT (Cathode Ray Tube) dan LCD (Liquid Crystal Display) (Gordon B. Davis).
Menurut William M. Fuori dalam buku Introduction to The Computer Monitor disebut juga layar penampil atau penampil video adalah salah satu perangkat komputer yang berfungsi untuk menampilkan segala jenis data/informasi yang diproses oleh komputer baik itu data yang masuk maupun keluar ke/dari komputer. Agar monitor dapat menampilkan teks dan grafik harus dihubungkan dengan Video Graphic Adapter card (VGA card).
2.1.2        Macam-Macam Monitor
1.      Monitor CRT (Cathode Ray Tube)
7
Adalah monitor yang berukuran besar seperti televisi, monitor jenis ini menggunakan tabung gelas yang layarnya berbentuk cembung, selain layar cembung monitor CRT ada juga yang berlayar datar (flat). Monitor ini bekerja dengan cara menggerakan sorotan elektron secara maju mundur dibalik layar. Setiap sorotan itu mengenai titik fosfor yang ada di tabung gelas monitor dan selanjutnya menerangi begitu banyak garis dari atas hingga bawah layar sehingga gambar dimunculkan. Monitor CRT memberikan warna yang lebih kaya dalam spektrum penuh dibandingkan monitor LCD. Oleh karena itu, para pendesain grafis lebih memilih moniitor CRT karena langsung bisa membandingkan warna di monitor dengan yang akan dicetak (Gordon B. Davis).
2.      Monitor LCD (Liquid Crystal Display)
LCD banyak ditemukan pada jam digital dan layar laptop atau handphone. LCD merupakan jenis monitor yang menggunakan dua lembar materi terpolarisasi dengan kristal cair yang berada di tengahnya. Saat arus listrik mengalir dan melalui cairan kristal, kristal itu bergabung sehingga cahaya tidak masuk. Oleh karena itu, kristal berfungsi seperti katup yang mengizinkan cahaya masuk atau diblokir. Monitor LCD memiliki bentuk yang ramping, ringan, dan tipis sehingga tidak memerlukan tempat yang luas untuk meletakannya dibanding monitor CRT. Selain itu monitor LCD mengkonsumsi daya listrik yang jauh lebih rendah dibandingkan monitor CRT. ) (Gordon B. Davis).
Menurut William M. Fuori dalam buku Introduction to The Computer Liquid Crystal Display (LCD) Pada jenis ini warna dihasilkan dari film yang berwarna merah, hijau dan biru yang berbentuk lapisan balok (sandwched), yang ditempatkan diantar lampu belakang (backlighting) dan panel LCD. Ada beberapa tipe LCD yaitu: Passive-matrix LCD, termasuk di dalamnya Twisted Nematic LCD (TN-LCD) dan Supertwisted Nematic LCD (STN-LCD),Active-matrix LCD, termasuk di dalamnya Thin-Film-Transistor LCD (TFT-LCD) dan Active-Addressed LCD (AA-LCD).Monitor dengan tipe ini memiliki konsumsi listriknya sangat rendah (irit), kontras rasionya tinggi, kecepatan tinggi, dan dapat dibaca dengan jelas walaupun langsung berhadapan dengan datangnya cahaya. LCD singkatan dari Liquid Crystal Display, mengacu pada teknologi di balik monitor panel datar populer. LCD monitor  berbeda dengan  CRT monitor tradisional , yang  memiliki ukuran  besar dengan ketebalan beberapa inci dan berat 13-23 kilogram atau lebih, sementara LCD biasanya memiliki ketebalan 1-3 inci ( 2,5 - 7,5 ) cm  dan berat kurang dari 4,5 kilogram. Pada mulanya LCD display digunakan pada komputer laptop sebelum teknologi meningkat dan akhirnya di pakai pada  monitor desktop. LCD monitor  terdiri dari lima lapisan yaitu  backlight, selembar kaca terpolarisasi  , mask piksel berwarna  , lapisan larutan kristal cair responsif terhadap kotak kabel dari koordinat x, y, dan selembar kaca terpolarisasi kedua.  Dengan memanipulasi orientasi kristal melalui muatan listrik yang tepat dari berbagai derajat dan tegangan, tindakan kristal seperti jendela kecil, pembukaan atau penutupan sebagai respon terhadap rangsangan, sehingga memungkinkan derajat cahaya yang telah melewati piksel warna yang spesifik untuk menerangi layar, menciptakan gambar.
 Sebagai teknologi LCD berkembang, teknik yang berbeda untuk menghasilkan warna emerge. Active-matrix atau TFT (thin film transistor) teknologi menghasilkan warna dan gambar setajam  CRT apapun dan biasanya dianggap lebih unggul dari teknologi pasif matriks.


.
2.1.3        Jenis - jenis Monitor dan Penggunaannya
1)          Televisi.
Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Menurut Baksin (2006) mendefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”.
Menurut Parwadi (2004) lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima”.
Berdasarkan kesimpulan dari kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.


2)          Komputer
Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas seperti menerima input, memproses input tadi sesuai dengan programnya, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahan, serta menyediakan output dalam bentuk informasi. (Robert H. Blissmer dalam buku Computer Annual).
Komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya dan menghasilkan output dibawah pengawasan suatu langkah-langkah, instruksi2 program yang tersimpan di memori (stored program).( Donald H. Sanders dalam buku Computer Today).
7
Komputer adalah mesin penghitung eletronik yang cepat dapat menerima informasi input digital, memprosesnya sesuai dengan suatu program yang tersimpan di memorinya dan menghasilkan output informasi.( VC. Hamacher dkk, dalam buku Computer Organization).
Komputer adalah suatu pemroses data (data processor) yang dapat melakukan perhitungan yang besar dan cepat termasuk perhitungan arithmatika yang besar atau operasi logika, tanpa campur tangan dari manusia yang mengoperasikan selama pemrosesan ( di ambil dari American National Standard Institute dan sudah didiskusikan serta disetujui dalam suatu pertemuan International Organization For Standardization Tehnical Committee ).( William M. Fuori dalam buku Introduction to The Computer, The Tool of Business).
Komputer adalah tipe khusus alat penghitung yang mempunyai sifat tertentu yang pasti.( Gordon B. Davis)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian komputer adalah : 1). Alat elektronik, 2). Dapat menerima input data, 3). Dapat mengolah data, 4). Dapat memberikan informasi, 5). Menggunakan suatu program yang tersimpan di memori komputer (stored program), 6). Dapat menyimpan program dan hasil pengolahan, 7). Bekerja secara otomatis.
Komputer terdiri dari Control Processing Unit (CPU) dan Visual Display Terminal (VDT). VDT merupakan bagian yang paling berpengaruh terhadap kesehatan mata pekerja pengguna komputer. VDT  adalah alat untuk presentasi visual darn informasi yang disimpan secara elektronik. Cara kerja VDT umumnya berdasarkan penggunaan sebuah Cathode Ray Tube (CRT) dan layar yang berfungsi seperti televisi. Terdapat VDT jenis lain yang menggunakan plasma dan Electroluminace (ELD) ATAU Liquid cRystal Dysplay (LCD) yang kini mulai banyak dipergunakan. VDT dengan CRT terdiri atas katoda yang berfungsi sebagai sumber elektron untuk mengatur intensitas sinar elektron, dari satu seri anoda yang terdiri atas dua atau tiga anoda, yang berfungsi untuk mempercepat, memfokuskan dan mengatur sinar elektron.
Cara kerja CRT yaitu elektron yang bermuatan negatif ditembakkn oleh katoda dari arah belakang tabung dan diakselerasi ke permukaan gelas tabung yng dilapisi fosfor oleh tegangan tinggi yang bermuatan piositif (anoda). Berkas elektron ini difokuskan sehingga berbentuk bulat dan menyapu permukaan tabung secara horisontal dan vertikal dengan menggunakan coil. Iluminasi yang dipancarkan oleh VDT besarnya 79,28 lumen/m2 (Fauzia, 2004).
3)          Proyektor LCD
Adalah suatu jenis proyektor video untuk menampilkan video, gambar atau data komputer di layar atau permukaan datar lainnya. Ini adalah analog modern dari proyektor slide atau proyektor overhead. Untuk menampilkan gambar, LCD (liquid crystal display) Proyektor biasanya mengirim cahaya dari lampu halida logam melalui prisma yang memisahkan cahaya untuk tiga panel silikon poli - masing-masing untuk komponen merah, hijau, dan biru dari sinyal video. Sebagai cahaya terpolarisasi melewati panel (kombinasi polarizer, panel LCD dan analyzer), piksel individu dapat dibuka untuk memungkinkan cahaya untuk lulus atau tertutup untuk memblokir cahaya. Kombinasi piksel terbuka dan tertutup dapat menghasilkan berbagai macam warna dan nuansa pada gambar yang diproyeksikan. (William M. Fuori 2001).
Metal Halide lampu digunakan karena mereka keluaran temperatur warna yang ideal dan spektrum warna yang luas. Lampu ini juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan jumlah yang sangat besar cahaya dalam area kecil: Proyektor saat ini rata-rata sekitar 2,000-15,000 ANSI lumens.
teknologi lain, seperti DLP dan LCOS juga menjadi lebih populer di proyeksi video sederhana harga.Proyeksi permukaan karena mereka menggunakan lampu Metal Halida kecil dan kemampuan untuk memproyeksikan gambar pada setiap permukaan datar, proyektor LCD cenderung lebih kecil dan lebih portabel daripada beberapa jenis sistem proyeksi lain. Meskipun demikian, kualitas gambar terbaik adalah ditemukan dengan menggunakan putih kosong, abu-abu, atau hitam (yang blok memantulkan cahaya ambient) permukaan, layar proyeksi begitu berdedikasi sering digunakan. Persepsi warna dalam gambar yang diproyeksikan adalah faktor dari kedua permukaan proyeksi dan kualitas proyektor. Karena putih lebih merupakan warna netral, permukaan putih paling cocok untuk nada warna natural dan timbul, permukaan proyeksi putih lebih sering terjadi pada bisnis paling dan lingkungan sekolah presentasi. Namun, gelap hitam di dalam gambar proyeksi tergantung pada bagaimana gelap layar. Karena itu, beberapa presenter dan perencana ruang presentasi lebih memilih layar abu-abu, yang menciptakan kontras yang dirasakan lebih tinggi. trade-off adalah bahwa latar belakang lebih gelap dapat menimbulkan nada warna. Warna masalah kadang-kadang dapat disesuaikan melalui pengaturan proyektor, tetapi mungkin tidak seakurat mereka akan pada latar belakang putih.
2.1.4        Batas Waktu Penggunaan Monitor
Menurut Miller (2004) Batas waktu penggunaan monitor sewaktu jam santai lebih dari  4 jam sehari, 4 jam sehari menyebabkan risiko serangan jantung meningkat lebih dari dua kali dibandingkan yang berada di depan monitor kurang dari 4 jam. Dapat disimpulkan bahwa melihat monitor kurang dari 4 jam sehari tidak mengganggu kesehatan. Melihat monitor lebih dari 4 jam sehari terbukti berdampak buruk terhadap kesehatan kita. Untuk usia anak maupun dewasa, melihat monitor sebaiknya dibatasi maksimal kurang dari 4 jam sehari.
2.1.5        Pengaruh Monitor Terhadap Kesehatan
Miller (2004) mengatakan bahwa keluhan  mata lelah akibat bekerja dengan menggunakan monitor dalam jangka waktu lama, yang dikenal Computer Vision Syndrome (CVS) yang memiliki gejala-gejala meliputi sakit kepala, mata lelah, pandangan kabur, mata kering, mata terasa gatal, mata terasa terbakar, mata menjadi sensitif terhadap cahaya, pandangan ganda, sakit pada leher dan punggung. Gejala tersebut terkadang juga disertai keluhan pusing, mual dan muntah. Berbagai gejala yang timbul penggunaan monitor dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke bola mata, juga dikarenakan mata pengguna komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan normal. Berkuranganya kedipan menyebabkan mata menjadi kering dan tersa terbakar.
CVS dapat muncul saegera setelah pemakaian monitor dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam, namun ada yang baru muncul setelah beberapa hari kemudian. VDT sebagai sumber cahaya menyebabkan rangsangan terhadap mata. Cahaya akan diterima oleh sel-sel photoreceptor retina dan selanjutnya akan dikonversikan menjadi energi bioelektrik melalui siklus biokimiawi (Sitznan, 2005).



2.1.6        Gangguan kesehatan yang mungkin muncul akibat penggunaan monitor dengan jangka waktu yang lama
1)        Gangguan pada mata,
2)        Gangguan pada kepala,
3)        Gangguan pada tangan, dan
4)        Gangguan pada badan.
Salah satu peralatan yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan adalah monitor. Seperti kita ketahui, layar monitor memancarkan radiasi atau pemancaran partikel-partikel elementer dan energi radiasi. Energi radiasi dapat mengeluarkan elektron dari inti atom sehingga atom menjadi muatan positif dan disebut ion positif. Radiasi yang dipancarkan monitor antara lain berupa:
1)        Sinar-X
2)        Sinar ultraviolet
3)        Gelombang mikro
4)        Radiasi elektromagnetik frekuensi sangat rendah
2.1.7         Posisi duduk yang benar saat menggunakan monitor :
1)      Bagian kepala dan leher
Aturlah agar posisi kepala dan leher Anda tegak dengan pandangan lurus ke depan. Dengan posisi ini, Anda akan sanggup bertahan lebih lama di depan monitor dan tidak cepat merasa lelah. Duduk dengan punggung yang tegak dan rileks merupakan posisi yang benar saat menggunakan semua macam monitor. Badan yang terlalu membungkuk, terlalu miring ke kiri atau ke kanan, dapat menimbulkan rasa sakit. Usahakan agar seluruh punggung tersangga dengan baik oleh sandaran kursi.
2)      Bagian pundak
Aturlah posisi pundak sedemikian rupa agar otot-otot pundak tidak tegang. Usahakan agar pundak tidak terlalu ke bawah atau terlalu tegak.
3)      Posisi lengan dan siku
Posisi lengan yang baik adalah berada di samping badan dan siku membentuk sudut lebih besar dari 90 derajat.
4)      Bagian kaki
Gunakan sandaran kaki atau footrest sehingga tungkai berada dalam posisi yang nyaman. Selain hal-hal di atas, Anda perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut agar kesehatan anda tetap terjaga :
(1)   Sesuaikan tinggi kursi dengan tinggi badan Anda
(2)   Usahakan agar jarak antara monitor dan mata minimal 80 cm.
(3)   Gunakan refresh rate monitor minimal 72 Hz agar mata tidak cepat lelah
(4)   Gunakan kursi yang memiliki sandaran tangan
(5)   Atur pencahayaan monitor




2.2         KONSEP MIOPI
2.2.1        Pengertian Miopi
Miopi adalah bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi. Miopi adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina,  tanpa akomodasi. Miopi berasal dari bahasa yunani “ muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopi merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah “nearsightedness (American Optometric Association dalam Hazaria Nurchaliza, 2009).
Miopi atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Ilyas Sidharta, 2007). Miopi merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan di depan retina (Mansjoer, 2002).
2.2.2        Fisiologi penglihatan
1.      Fisiologi Penglihatan Normal
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous , lensa, dan humor vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang dilihat (Hasibuan, 2009).
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Masing-masing memiliki indeks bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34. (Guyton, 2007)
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan hanya terdapat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalina melainkan oleh permukaan anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalina dalam mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini karena cairan  yang mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalina adalah penting karena lengkung permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya “akomodasi”. (Guyton, 2007).
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. (Guyton, 2007).
Mata kita menjalani serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses ini mirip dengan proses yang terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan untuk memotret. Gelombang cahaya masuk melewati sejumlah lensa kamera yang kemudian memfokuskan gambar yang dipotret serta memproyeksikannya ke permukaan film. Pada mata yang berfungsi sebagai film adalah retina. Saat mata melihat suatu benda, mata akan menerima cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya masuk melalui lensa mata yang memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke retina yang terletak di belakang. Retina merupakan lapisan sel-sel yang sangat sensitif terhadap cahaya. Bagian retina yang dapat menerima dan meneruskan detil-detil gambar disebut macula. Macula tersusun dari lapisan-lapisan sel yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls elektrokimia. Informasi ini kemudian dikirim ke syaraf optik yang akan meneruskannya ke otak yang kemudian memprosesnya sehingga dapat mengenali gambar tersebut. (Ethel Sloan, 2003).
Sel-sel yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari sel-sel berbentuk batang (rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang berbentuk batang dan kerucut bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya berfungsi sebagai sensor cahaya atau photoreceptor. Rasio perbandingan rod dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih banyak dari cone) (Syaifudin,2008). Rod merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita sedang menyalakan lampu yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk memberikan kita detil-detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima sel-sel rod dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. (Ethel Sloan, 2003).
Gambar 2.1 Pembiasan cahaya pada mata normal
2.      Fisiologi Penglihatan Miopi
Miopi adalah kondisi di mana sinar – sinar sejajar yang masuk ke bola mata titik fokusnya jatuh di depan retina. (Gabriel,1996).
Kata Miopi sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita Miopi yang suka menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas, karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang mendekati retina. (Ethel Sloan,2003).
Miopi juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana panjang fokus media refrakta lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya, panjang aksial bola mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di retina). (Gabriel,1996)

Gambar 2.2 Pembentukan bayangan di depan retina pada Miopi
2.2.3        Jenis Jenis Miopi
Menurut Ilyas Sidartha (2007) dikenal beberapa bentuk Miopi seperti :
1.      Miopi refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan Miopi bias atau Miopi indeks, Miopi yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
2.      Miopi aksial
Miopi akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.  Menurut derajat beratnya Miopi dibagi menjadi : 1) Miopi ringan, dimana Miopi kecil daripada (-1) – (-3) dioptri, 2) Miopi sedang, dimana Miopi lebih antara (-3) – (-6) dioptri, 3) Miopi berat atau tinggi, dimana Miopi lebih besar dari -6 dioptri. Dan 4) Miopi sangat berat, di bawah -10 dioptri.
Menurut perjalanan Miopi dikenal bentuk :1) Miopi stasioner, Miopi yang menetap setelah dewasa, 2) Miopi progresif, Miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata 3) Miopi maligna, Miopi yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan atau sama dengan Miopi pernisiosa atau Miopi degeneratif.
Sedangkan pembagian berdasar kelainan jaringan mata dapat digolongkan menjadi berikut:
1.      Miopi Simpleks
Dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti tumbuh + 20 tahun. Bila berat kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D.
2.      Miopi progresif
Miopi bertambah secara cepat (-4 Dioptri / tahun), sering disertai perubahan vitreo-retina dan biasanya terjadi bila Miopi lebih dari -6 D.
Sedangkan berdasarkan usia, Miopi diklasifikan menjadi: 1) Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak), 2) Youth-onset miopy (< 20 tahun),3) Early adult-onset miopy (2-40 tahun) dan 4) Late adult-onset miopy  (> 40 tahun).
Menurut tipe (bentuknya) Miopi dikenal beberapa bentuk :
1.      Miopi Axial, Miopi akibat diameter sumbu bola mata (diameter antero-posterior) > panjang. Dalam hal ini, terjadinya Miopi akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
2.      Miopi Kurvartura, diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea & kelengkungan lensa. Dalam hal ini terjadinya Miopi diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, di mana ukuran bola mata norma
3.      Miopi Indeks Refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan. Perubahan indeks refraksi atau miopy refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga pembiasan lebih kuat.
4.      Perubahan posisi lensa, pergerakan lensa yang lebih ke anterior. setelah operasi glaucoma berhubungan dengan terjadinya Miopi.
Pada Miopi degeneratif atau Miopi maligna bila lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada Miopi dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik


2.2.4        Penyebab Miopi
Miopi disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat : 1) Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai Miopi aksial, 2) Daya pembiasan mata terlalu kuat (Miopi refraktif) kemungkinan terletak pada kornea (kornea terlalu melengkung seperti pada keratokonus,kerato-globus), 3) Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini disebut Miopi indeks, dan 4) Miopi karena perubahan posisi lensa. Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaucoma

2.2.5        Faktor-Faktor yang mempengaruhi gangguan Miopi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya Miopi yaitu:
1.      Pencahayaan
Penerangan merupakan aspek lingkungan fisik, sangat penting  bagi keselamatan kerja dan penerangan yang tepat disesuaikan dengan jenis pelayanan. Lingkungan kerja atau belajar yang kurang baik merupakan beban tambahan dalam menciptakan produktivitas kerja atau belajar yang kurang baik merupakan beban tambahan dalam menciptakan produktivitas kerja atau belajar, akan  menyebabkan  timbulnya berbagai penyakit akibat kerja atau belajar, akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit kerja atau belajar adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seorang pekerja melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.
Menurut Suma’mur (dalam Kadir Abdul, 1996) sifat dari penerangan yang baik ditentukan oleh:
a.       Pembagian luminasi dalam lapang pandang
Luminasi lapangan penglihatan yang terbaik adalah dengan kekuatan terbesar di tengah pada daerah kerja dilakukan, perbandingan terbaik adalah 10:3:1 dari luminasi tempat,  daerah sekitar pusat, dan lingkungan luas sekitarnya. Perbandingan luminensi sangat sukarnya mengatur pembagian luminensi bagi sejumlah pekerja yang berada dalam satu ruang yang sama, perbandingan luminensi tidak boleh melebihi perbandingan 40:1, baik di lapangan penglihatan pekerjaan maupun terhadap lingkungan luar.
b.      Pencegahan kesilauan
Beberapa faktor pencegahan kesilauan yaitu: 1) Pemilihan lampu secara tepat, yang tidak menjadi perlambang kedudukan seseorang, melainkan dimaksudkan untuk penerangan yang baik, 2) Penempatan sumber-sumber cahaya terhadap meja dan mesin juga diperhitungkan letak jendela, 3) Penggunaan alat-alat pelapis yang tidak atau mengikat (untuk dinding, lantai, meja dan lain-lain), dan 4) Penyaringan sinar matahari langsung.
c.       Arah sinar
Arah penerangan sangat penting, sumber-sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik, sinar-sinar dari berbagai lampu ini misalnya sangat tepat pada pekerjaan menggambar diatas permukaan mata, sedangkan penerangan satu arah digunakan untik mengerjakan bagian kecil
d.      Warna
Warna penerangan dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna. Warna-warna dalam lingkungan sebagai akibat penerangan menentukan rupa dari lingkungan. Akibat dari penerangan yang buruk adalah: 1) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, 2) Kelelahan mental, 3) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di daerah mata, 4) Kerusakan penglihatan, dan 5) Meningkatnya penglihatan
Akibat penerangan yang buruk salah satunya  adalah kerusakan sel penglihatan. Maka penerangan di rumah maupun di tempat kerja memerlukan pencahayaan yang cukup, bila pencahayaan suram (remang-remang) atau berlebihan akan menyebabkan timbulnya gangguan tajam penglihatan (,1996). Ruangan yang kurang baik penerangannya akan mengganggu mata dan penerangan yang tidak langsung adalah yang paling baik. Menonton gambar hidup dan televisi dalam waktu yang lama akan memberikan tekanan tambahan pada mata dan susunan saraf pusat.
Menurut Departemen Kesehatan, bahwa penerangan kurang untuk membaca dan menulis dapat terjadi gangguan Miopi. Dari Hasil survey pusat kesegaran jasmani dan rekreasi pada tahun 2005 ditemukan adanya gangguan tajam penglihatan sebesar 20,1 persen pada murid sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah akibat penerangan yang kurang terang.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu (Rima, 2010) :
a.       Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan
b.      Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi.  Diketahui bahwa langit-langit dan dinding apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%.
c.       Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
d.      Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
e.       Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.



Tabel 2.1 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Keperluan
Pencahayaan (LUX)
Contoh Area Kegiatan
Pencahayaan Umum untuk ruangan dan area
yang jarang digunakan
dan/atau tugas-tugas atau
visual sederhana
20
Layanan penerangan yang minimum dalam area sirkulasi luar ruangan, pertokoan di daerah terbuka, halaman tempat penyimpanan
50
Tempat pejalan kaki & panggung
70
Ruang boiler
100
Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
150
Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan.
Pencahayaan umum untuk interior
200
Layanan penerangan yang minimum dalam tugas
300
Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip.
450
Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis.
1500
Pekerjaan mesin dan diatas meja yang sangat halus, perakitan mesin presisi kecil dan instrumen; komponen elektronik, pengukuran & pemeriksaan bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat)
Pencahayaan tambahan setempat untuk tugas visual yang tepat
3000
Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran
Sumber            : http://www.energyefficiencyasia.org/
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut.
Tabel 2.2  Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer

Keadaan Pekerja
Tingkat Pencahayaan (lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang tidak terbaca jelas
Tugas memasukan data
300

400-500

500-700
Sumber: Grandjen, Occupational Ergonomic, 2000
Tabel 2.3    Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
JENIS KEGIATAN
TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Pekerjaan kasar dan tidak terus – menerus
100
Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus – menerus
200
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus
500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna, pemrosesan teksti, pekerjaan mesin halus & perakitan halus
Pekerjaan amat halus
1500
Tidak menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan terinci
3000
Tidak menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus
Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02
2.      Perilaku
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun yang dapat diamati secara tidak langsung. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, membaca, menulis dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal sendiri, seperti berpikir, persepsi dan emosi, juga merupakan perilaku manusia (Soekidjo Notoatmojo,2003).
Perilaku dan gejala perilaku yang tempat pada kegiatan organism dipengaruhi oleh  faktor genetik (keturunan) dan lingkungan, ini merupakan penentu dari pada makhluk hidup, termasuk perilaku manusia. Faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku, sedangkan faktor lingkungan merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespun, baik secara pasif mengetahui, bersikap dan persepsi tentang penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat tingkat pencegahan, salah satunya adalah perilaku pencegahan penyakit (Health Prevention Behaviour), dimana respon untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya membaca dan menulis menggunakan penerangan yang baik, posisi badan sewaktu membaca, menulis dan lain lain. Kebiasaan membaca dan menulis terlalu dekat atau membaca sambil tiduran atau tengkurap akan menyebabkan terjadinya Miopi.
3.      Keturunan
Banyak kasus yang dapat digunakan untuk memperlihatkan  bahwa kelainan refraksi ditentukan secara genetik. Anak dengan orang tua Miopi cenderung mengalami Miopi, hal ini cenderung mengikuti pola dose-dependent Pattern. Prevalensi pasda anak dengan kedua orang tua Miopi dalah 32,9 % berkurang sampai 18,2 % pada anak dengan orang tua tanpa Miopi (Prevost Judy, 2005). Sekarang ini, adanya lokus genetik telah dibuktikan berhubungan dengan Miopi patologi. Dari penelitian lain didapatkan bahwa orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan mengalami Miopi extreme (> 10 D).  Sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami myopia tinggi (6-10D) dengan sampel mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami Miopi juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata.
4.      Umur
Dalam Kadir Abdul,1996 Menurut Vener dan Davidson, “Bertambahnya usia,titik penglihatan, atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas , mulai bergerak makin jauh, pada usia dua puluh tahun, seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya, sekitar usia empat puluh tahun titik dekat itu sudah menjauh mencapai 23 cm. dan jumlah penerangan yang dibutuhkan  dalam situasi belajar, kalau seseorang berusia 20 tahun memerlukan 100 watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 watt, dan pada usia 70 tahun membutuhkan penerangan 300 watt. sedangkan menurut Sumakmur dalam Kadir Abdul (1996) bahwa pertambahan usia mengakibatkan penurunan tajam penglihatan
5.      Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan dapat ditentukan oleh berbagai faktor yaitu ukuran obyek, derajat kontras di antara obyek sekelilingnya, luminensi dari lapangan penglihatan yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pekerja, serta lamanya melihat. Faktor-faktor tersebut sangat penting pengaruhnya terhadapa arti ketajaman penglihatan (Kadir Abdul, 1996)
Pekerjaan yang beresiko tidak lepas dari pencahayaan, pekerjaan yang mempunyai ketelitian maka diperlukan pencahayaan yang baik. Pekerjaan dapat beresiko terjadinya gangguan tajam penglihatan, di mana pekerjaan yang beresiko tergantung jenis pekerjaan.
Menurut Ilyas Sidharta (2007) jenis pekerjaan yang beresiko terjadinya gangguan tajam penglihatan yaitu pekerjaan las atau pemanggangan akan mudah menderita kerusakan pada matanya akibat sinar ultraviolet.
2.2.6        Patofisiologi Miopi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada Miopi patologi masih belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. (Budi Eko,2003)
 Mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada Miopi dapat di jabarkan sebagai berikut:
1.             Tahanan sklera
a.       Mesadermal
Abnormalitas mesodermal sklera secara kwalitas maupun kwantitas dapat mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebahagian masenkhim sklera dari perkembangan ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan jaringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari bundle serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya. Bundle serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada zona ora equatorial. Bidang sklera anterior merupakan area crosectional yang kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang-bidang ini ditekan sampai 7,5 g/mm2. Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4 x dari pada bidang anterior dan equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kira-kira 2 x lebih diperluas.
Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan dengan hilangnya luasnya bundle serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan Miopi.
b.      Ektodermal – Mesodermal
Miopi adalah hasil ketidakharmonisan pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan Miopi bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang mungkin menimbulkan defek ektodermal – mesodermal umum pada segmen posterior terutama zona oraequatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari pole posterior mata, dimana dapat dilihat pada Miopi patologik (tipe stafiloma posterior).


2.       Meningkatnya suatu kekuatan yang luas
a.       Tekanan intraokular basal
Contoh klasik Miopi sekunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada glaucoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.
b.      Susunan peningkatan tekanan
Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon terhadap induksi deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stress. Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10 mmHg, sama juga seperti konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan tekanan intraokular 60 mmHg. Juga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai 70 mmHg -110 mmHg. Gesekan paksa pada mata merupakan kebiasaan buruk yang sangat sering diantara mata Miopi, sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular.
2.2.7        Tanda Dan Gejala Miopi
1.      Gejala subjektif  meliputi :1) Kabur bila melihat jauh & jelas melihat dekat, 2) Pusing ketika membaca, 3) Melihat benda kecil harus dari jarak dekat, 4) Seperti melihat benang / nyamuk di lapang pandang (floaters) atau seperti melihat kilatan cahaya, hal ini karena jaringan retina perifer yang mengalami proses degerasi dan terlepas dari corpus vitrium, dan 5) Cenderung memicingkan mata saat lihat jauh
2.      Gejala objektif meliputi: 1) Bilik mata depan dalam, karena hypotrofi corpus cilliare akibat tidak dipakainya otot-otot akomodasi, 2) Pupil melebar (midriasis) akibat tidak atau kurang berakomodasi, dan 3) Pada Miopi axial kadang kadang terlihat kekeruhan pada corpus viteum berupa vitreous floaters (muscae volitanyes), dan terlihat perubahan perubahan pada fundus oculi (tigroid fundus, Miopi Cresent).
2.2.8        Pemeriksaan Miopi
Pemeriksaan pasien dengan Miopi dibagi menjadi 2 yaitu:
1.      Pemeriksaan subjektif
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan ketajaman penglihatan jarak jauh (snellen chart) & jarak dekat , pemeriksaan koreksi kacamata trial & error (coba-coba).  Snellen chart merupakan poster yang di gunakan untuk menilai ketajaman penglihatan mata. Ada perbedaan antara sistem pengukuran yang dipakai di Indonesia  dan Amerika Serikat, Snellen chart ini pun terdapat dalam dua versi angka. Yang satu dalam angka metrik dan yang satu lagi dalam angka imperial. Snellen chart metrik dinyatakan dalam pembanding 6 meter (6/6, 6/9, 6/12, dan seterusnya sampai 6/60).
Dalam pemeriksaan tajam penglihatan, angka yang berperan penting adalah angka di sebelah baris terbawah yang bisa dibaca oleh subjek. Misalnya subjek hanya bisa membaca sampai baris 6/9. Ini berarti orang dengan tajam penglihatan normal sudah dapat membaca baris tersebut pada jarak 9 meter. Sementara itu subjek baru dapat membacanya pada jarak 6 meter. Semakin tinggi letak baris terbawah yang bisa dibaca oleh subjek, berarti semakin buruk tajam penglihatannya.
Subjek yang tidak dapat membaca sampai dengan baris 6/6 (atau 20/20) mungkin mengalami gangguan penglihatan karena penyakit organik pada mata, atau gangguan refraksi murni. Penyakit organik pada mata berarti ada kelainan struktural yang mengakibatkan tajam penglihatan menurun. Misalnya ada kerusakan pada kornea ataupun kekeruhan pada lensa (pada katarak). Namun pada gangguan refraksi murni, tidak ada kelainan struktural yang ditemukan pada mata. Untuk membedakan keduanya digunakan pemeriksaan pinhole. Pinhole adalah sebuah layar hitam dengan lubang kecil di tengah yang dipasang di depan mata yang diperiksa. Jika tajam penglihatan membaik dengan bantuan pinhole, berarti tidak ada kelainan struktural pada mata. (DEPKES RI, 2007).
Jika seseorang tidak dapat membaca Snellen chart sama sekali bahkan dengan bantuan lensa, pemeriksaan selanjutnya adalah hitung jari (count fingers). Orang normal dapat menghitung jari pada jarak 60 meter.Apabila subjek baru dapat menghitung jari pada jarak 2 meter, berarti tajam penglihatannya 2/60. Pemeriksaan berikutnya adalah lambaian tangan (hand motion). Orang normal dapat melihat lambaian pada jarak 300 meter. Sama seperti hitung jari, apabila subjek baru dapat melihat lambaian pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya 1/300. Pemeriksaan terakhir adalah ada atau tidaknya persepsi sinar (light perception). Untuk anak yang belum dapat membaca ataupun orang buta huruf, seluruh huruf di Snellen chart diganti dengan huruf E. Subjek diminta mengatakan ke mana arah huruf E membuka. Chart modifikasi ini disebut juga Tumbling-E chart. Khusus untuk anak juga kadang dipakai poster bergambar (Allen chart) atau HOTV chart (Snellen chart yang hanya berisi huruf H, O, T, dan V).
2.      Pemeriksaan objektif dengan : Retinoskopi, funduskopi, refraktometer
2.2.9        Penatalaksanaan
1.      Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki refraksi. Keuntungan kacamata pada orang Miopi adalah kemampuannya untuk membaca huruf-huruf cetak yang paling kecil.
Sedangkan kerugian memakai kacamata pada mata dengan Miopi: 1) Walaupun kacamata memberikan perbaikan penglihatan ia akan bertambah berat bila ukuran bertambah, selain mengganggu penampilan atau kosmetik, 2) Ukuran benda yang dilihat akan lebih kecil dari sesungguhnya, setiap -1.00 dioptri akan memberi kesan pengecilan benda 2%, 3) Bila memakai kacamata dengan kekuatan -10.00 D maka akan terjadi pengecilan sebesar 20%. 4) Tepi gagang disertai tebalnya lensa akan mengurangi lapang pandangan tepi.
2.       Lensa Kontak
Lensa kontak keras, yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang bernar-benar berhasil dan memperoleh penerimaan yang luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel-udara, yang terbuat dari asetat bultirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon; dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari bermacam-macam plastik hidrogel, yang semuanya menghasilkan kenyamanan yang lebih baik tetapi resiko penyulit serius leih besar.
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur, mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya terdapat hanya pada perbedaan antara kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisma kornea kecuali apabila disertakan koreksi silindris.
Lensa kontak mengurangi masalah penampilan atau kosmetik akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya. Selain masalah pemakaiannya, perlu diperhatikan masalah lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang dipakai.
3.       Bedah Keratorefraktif
Bedah Keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Adalah tidak mungkin untuk memendekkan bola mata pada Miopi. Pada keadaan tertentu Miopi dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea.
Pada saat ini terdapat berbagai cara pembedahan pada Miopi seperti: 1) Keratotomi radial, radial keratotomy (RK), 2) Keratotomi fotorefraktif, Photorefractive Keratotomy (PRK) dam 3) Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (LASIK)
2.2.10    Pencegahan Miopi
Pencegahan penyakit Miopi dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Membaca jangan terlalu dekat (minimal sepanjang siku), 2) Membaca di ruangan yang cukup terang, 3) Menghindari membaca sambil tiduran, 4) Menghindari menonton TV/main play station terlalu dekat secara terus menerus, 5) Menghindari memakai komputer dengan monitor terlampau dekat. Sekali-sekali pandanglah ke tempat yang jauh, 6) Mengistirahatkan mata tiap 30 menit setelah membaca atau menonton TV, 7) Bermain di luar rumah selama 2-3 jam setiap hari dan lihat obyek yang jauh, 8) Berolahraga  agar otot-otot termasuk mata, menjadi sehat, 9) Makan makanan yang bermanfaat bagi mata seperti vitamin A, Beta Karotin, dan sebagainya (Yabuana,2010)















2.3        Kerangka Konsep
Miopi
Pencahayaan :
-          Jarak monitor yang dekat

-           


-          Posisi melihat yang salah
-          Pencahayaan yang kurang
-          Pencahayaan yang berlebihan (silau)
-          Luminensi lapang
Perilaku
Usia
Pekerjaan
Genetik
Durasi melihat monitor


                                                                                      










Keterangan :
                           : Diteliti

                           : Tidak Diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Hubungan Durasi Expose Monitor Dengan Kejadian Miopi Pada Mahasiswa Semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan Tahun 2012

Timbulnya Miopi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor genetik, pekerjaan, usia, perilaku. dan pencahayaan.

Sedangkan Faktor pencahayaan meliputi jarak melihat monitor yang terlalu dekat, durasi melihat monitor yang terlalu lama, posisi melihat monitor yang salah, pencahayaan yang berlebihan (silau) dan pencahayaan yang kurang (remang) serta luminensi lapang pandang.
2.4        Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang di harapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam riset (Nursalam, 2008)
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka dapat disusun hipotesis kerja adalah ada Hubungan Durasi Expose Monitor Dengan Kejadian Miopi Pada Mahasiswa Semester VII B STIKES Muhammadiyah Lamongan Tahun 2012.